Enumolas.com – Wae Rebo, destinasi wisata unik yang buat Matheo, seorang wisawatan asal Inggris jatuh hati. Dia mengaku jika dirinya senang bisa berkunjung di salah satu tempat wisata bernama Kampung Adat Wae Rebo.
Wae Rebo sering dijuluki Negeri di Atas Awan ini terletak di Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Flores.
Baca: Lodok : Persawahan Nusa Tenggara Timur
Matheo sebelumnya pernah datang ke Flores pada tahun 2001 dan waktu itu hanya mendengar Danau Tiga Warna di Kelimutu.
DESA WISATA WAE REBO KAB. MANGGARAI NTT
“Kemudian kami dengar di Flores ada Komodo di Manggarai Barat. Kami sudah ke Komodo dan sekarang kami datang Wae Rebo serta mau sampai Flores Timur. Wae Rebo tempatnya indah dan unik. Kampung ini sangat bagus dan bagus. Warganya pun sudah ramah,” ungkap Matheo.
Matheo, Wisatawan Inggris yang Tertarik dengan Keindahan Wae Rebo
Matheo mengaku bahagia dengan Kampung Adat ini di Manggarai. Ia mengungkapkan, Pulau Flores sungguh indah dan menyenangkan sehingga ia sudah berencana melihat alam pulau ini dari Manggarai Barat sampai Flores Timur.
Baca: Kenaikan Harga Tiket Pulau Komodo Dan Pulau Padar
Sekilas tentang Wae Rebo
Wae Rebo adalah sebuah desa adat terpencil dan misterius di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Desa ini terletak di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.
Di kampung ini hanya terdapat 7 rumah utama atau yang disebut sebagai Mbaru Niang. Kampung ini dinyatakan UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia pada Agustus 2012 dengan menyisihkan 42 negara lainnya.
Wae sendiri dalam bahasa Manggarai berarti “air”. Penulisan waerebo menggunakan 1 kata dan tidak memakai spasi seperti yang ditulis media.
Desa ini sendiri sudah berumur 1.200 tahun dan sudah memasuki generasi ke 20. Dimana 1 generasi berusia 60 tahun lamanya.
Asal Usul Manggarai
Menurut legenda masyarakatnya, nenek moyang mereka berasal dari Minangkabau yang bernama Empo Maro yang berlayar dari Pulau Sumatera hingga ke Labuan bajo. Empo Maro melarikan diri dari kampungnya karena difitnah dan ingin dibunuh.
Kemudian ia merantau ke beberapa kota. Pertama ia singgah di Gowa Sulawesi lalu berpindah lagi ke beberapa kota lain. Saat perpindahannya, Maro menemukan seorang istri.
Lalu ia mengajak istrinya tersebut ikut berpindah bersamanya. Pada suatu malam Maro bermimpi bertemu dengan seorang petua yang berbicara kepada Maro untuk menetap dan berkembang di Kampung Wae Rebo.
Maro mengikuti apa yang petua itu katakan. Ia bersama istrinya mencari Kampung ini tersebut. Setelah sampai di desa ini, Maro dan istri hidup dan menetap di sana.
Baca: Kenaikan Harga Tiket Pulau Komodo Dan Pulau Padar
Wae Rebo: Desa Unik
Wae Rebo tidak saja memiliki keindahan desa dan alamnya saja, ragam kehidupan dan sosialnya pun juga menjadi daya tarik.
Desa ini ditinggali oleh 44 keluarga dengan mata pencaharian utama di sektor pertanian seperti kopi, cengkeh, dan umbi-umbian. Aktivitas para wanita di desa ini, selain memasak, mengasuh anak, menenun, juga membantu kaum pria di kebun.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat menggunakan mata air yang berasal dari pegunungan. Di masyarakat Manggarai, sumber mata air dinamakan sosor yang dibagi menjadi 2 yaitu sosor pria dan sosor wanita.