Enumolas.com – Atraksi Tinju Adat Hadok (Tinju Tradisional) merupakan salah satu warisan budaya masyarakat desa Atakore.
Termasuk beberapa desa disekitarnya, yaitu desa Lerek, Lewogroma, Atawolo, Waiwejak dan desa Paulolong, kecamatan Atadei, kabupaten Lembata.
Baca: Tante Ernie Salah Satu Selebrgam Pemersatu Bangsa
Biasanya atraksi ini diselenggarakan setelah acara “Bako Medehe”, yaitu acara syukuran atas panen pada kebun tertentu (Man Henadokei) menurut tradisi yang diwariskan nenek moyang daerah setempat.
Tempat persiapannya sendiri disebut “Weho” yang artinya arena pertarungan. Dalam atraksi Hadok, terdapat larangan bermain, bagian tubuh yang boleh dipukul adalah bagian perut ke atas dan bagian yang paling diincar adalah bagian muka lawan.
Baca: Baru Cerai Dewi Perssik Kembali Dilamar Orang
Semakin banyak bagian wajah yang terkena serangan lawan, berarti semakin rendah tingkat ketangkasan atau kehebatan seseorang di mata lawannya.
Tinju Adat Hadok Warisan Budaya Masyarakat Lembata
Sekilas tentang Atraksi Hadok
Hadok adalah tradisi bertinju secara tradisional dalam masyarakat desa Atakore dan beberapa desa di sekitarnya yakni Lerek, Lewogroma, Atawolo, Waiwejak dan Paulolong kecamatan Atadei Kabupaten Lembata. Kebiasaan ini digelar setelah membuat acara “bako medehe” suatu acara syukur panen pada kebun tertentu (man henadokei) sesuai tradisi yang diwariskan nenek moyang setempat.
Hadok diselenggarakan dekat kebun tempat dilaksanakannya “bako medehe” dengan mempertimbangkan lokasi paling kurang agak rata. Tempat yang telah disiapkan itu sendiri disebut “Weho” yang berarti arena pertarungan.
Hadok dimulai dengan berdirinya 2 orang di tengah weho (arena pertarungan) yang bertugas sebagai wasit untuk mengatur waktu setiap ronde biasanya 4 ronde dengan waktu istirihat kurang lebih 2 menit.
Dua orang ditengah itu juga bertugas mengawasi jalannya pertarungan jangan sampai terjadi penyimpangan, menentukan pemenang dan meleraikan situasi bila terjadi kericuhan antar pendukung.
Dalam Hadok bagian tubuh yang bisa dipukul adalah bagian perut ke atas dan bagian yang paling dicari adalah bagian muka lawan. Semakin banyak bagian muka dipukul lawan berarti semakin rendah tingkat ketangkasan atau kehebatan sseorang dimata lawannya.
Di setiap kubu disponsori 1 orang promotor dan pendukungnya. Hadok biasanya dimulai dari anak-anak diikuti anak muda dan orang orang tua. Pasangan akan bertarung tidak diumumkan atau tidak dipasang melainkan para hadok akan mencari pasangannya sendiri saat acara dimulai.
“ Hadok itu sendiri merupakan ajang pertarungan gengsi antar keluarga, kelompok, bahkan antar desa. Jika ada anggota kelompok yang dikalahkan dalam sebuah pertarungan anggota keluarganya akan berusaha mengalahkan pasangan keluarga atau kelompok yang lain pada pertarungan hadok musim panen berikutnya.
Baca: Songkol, Penganan Khas Manggarai Dari Tepung Singkong
Cara Bertarung dalam Tarian Hadok
Di saat semua sudah siap peserta yang mau berhadok akan berlari melintasi arena menemui kelompok lawan dan mencari seorang yang ia yakini pas untuk dilawan lalu menggosok gosok bahu lawannya tersebut yang disebut “dohu”.
Dalam proses mencari lawan (dohu) tindakan menggosok gosok bahu lawan akan dilakukan sebanyak 3 kali. Bila lawannya setuju ia akan menganggukkan kepala dan bila menolak lawan akan menggelengkan kepala.
Di saat sedang dohu para pendukung mulai mnyanyikan lagu dengan syair “ Elebua o o o o ….karabau raga raga ruhan bogor, bogor tiwang o o o o…… No tenubuk lewoleba…. nae napanganu lewo, lewotolok o o o o o……… Di saat syair lagu berakhir kedua peserta berlari ke tengah arena pertandingan dan berdiri saling berhadapan.
Wasit yang memimpin pertandingan akan mengatakan “hadok” bertanda pertarungan dimulai. Saat itulah serang menyerang dan adu pukulan pun terjadi.
Saat keduanya sedang beradu kekuatan para pendukung baik laki-laki maupun perempuan akan berteriak sambil memberi dukungan pada petinjunya masing-masing dengan menyanyikan hinggga pertandingan 4 ronde berakhir.
Wasit akan menyatakan menang kepada orang yang sering memukul lawan dibagian mukanya, menjatuhkan lawan ke tanah, atau lebih banyak memukul lawannya.
Wasit akan menghentikan pertarungan dan menyatakan seorang menang apabila menjatuhkan lawan ke tanah dan tidak mampu melanjutkan pertarungan, kondisi lawan tidak mengijinkan (sempoyongan), atau lawannya menyerah dengan berlari kembali ke kelompok pendukungnya.