Enumolas.com – Slametan Gongso Ageng merupakan tradisi unik yang biasa dilakukan masyarakat pengrajin gamelan sebelum mulai membuat gamelan.
Alat musik gamelan kini telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda (WBTB) oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada 15 Desember 2021.
Baca: Yuni Shara Kian Ramping Dibalik Balutan Kebaya Kutu Baru
Para perajin alat musik tradisional di kampung gamelan Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo menggelar tradisi unik Slametan Gongso Ageng. Acara Slametan Gongso Ageng ini biasanya dilakukan sebelum mulai membuat gamelan.
Mengenal Alat Musik Tradisional – Gamelan Jawa Tengah
Baca: Pentas Tarian Daerah Pemdes Golo Bilas Pada HUT ke-77 RI
Slametan Gongso Ageng: Tradisi Unik Sebelum Bikin Gamelan
Kerajinan gamelan di desa ini sudah ada sejak tahun 1956. Pengrajin pertama bernama Reso Wiguno yang adalah empu di Keraton Kartasura sejak 1930.
Di wilayah itu masih ada 17 perajin gamelan, 11 diantaranya tinggal di Desa Wirun, sementara enam perajin lainnya berada di Desa Laban.
Biasanya harga satu set gamelan dengan standar biasa saat ini dibanderol dengan harga Rp 550 juta. Sedangkan untuk kualitas super biasanya mencapai Rp 1 miliar.
Baca: Spot Foto di Labuan Bajo Nikmati Sunset Terbaik
Sebelum Pandemi Covid-19, orderan gamelan Desa Wirun menjangkau hingga ke Italia, Australia, dan Turki. Namun selama pandemi, kira-kira lebih dari setahun, para perajin gamelan berhenti produksi karena sepi order.
“Penetapan gamelan sebagai WBTB menjadi momentum pengrajin gamelan untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19. Saatnya, kerajinan gamelan Jawa kembali menjadi pusat perhatian di sektor pariwisata,” ungkap Kepala Desa Wirun, Erry Suseno Wibowo dikutip dari Solopos.
Erry menjelaskan bahwa sebagian besar pesanan alat musik gamelan Jawa yang masuk ke pengrajin di Wirun, Sukoharjo, berasal dari mancanegara. Di mana pesanan gamelan Jawa terbanyak berasal dari Belanda dan Belgia.