Enumolas.com – Pantai Glagah adalah salah satu pantai yang terletak di Kabupaten Kulon Progo, daerah istimewa paling barat provinsi Yogyakarta.
Pantai ini tidak kalah indahnya dengan pantai terkenal lainnya, sehingga bisa dijadikan sebagai rekomendasi untuk berlibur.
Baca:Â Baim Wong dan Paula Verhoeven Menjalani Pemeriksaan Polisi
Jika kamu sedang berlibur di Yogyakarta, maka kamu bisa mampir dan mengunjungi pantai yang indah ini. Selain itu, pantai ini memiliki pesona yang unik.
Pantai Glagah dengan Tetrapod Pantai Keren dan Larangan untuk Berenang
Jarak dari pusat kota Yogyakarta adalah 43 km dan waktu tempuh dengan kendaraan pribadi kurang lebih 15 menit.
Baca:Â Tiara Marleen Dihujat Buat Unggahan Pansos di Media Sosial
Jarak yang Tidak Terlalu Jauh dari Pusat Kota
Akses jalan menuju tempat wisata ini sudah sangat bagus karena sudah beraspal halus, sehingga kamu dapat melewatinya dengan nyaman menggunakan motor, mobil maupun bus. Akses kendaraan umum juga berupa bus sudah bisa sampai di pantai ini. Jadi tidak perlu kuatir jika tidak bisa membawa kendaraan pribadi.
Fasilitas ini terbilang lebih mudah dan lengkap dibandingkan dengan wisata pantai Bantul dan Gunung Kidul yang belum dilalui transportasi umum. Dengan begini kamu tidak perlu mengeluarkan biaya mahal untuk menyewa kendaraan.
Perjalanan ke Pantai Glagah dapat dibilang mudah dan cenderung melalui jalan datar. Rute yang disediakan pun bermacam-macam.
Miliki Pasir Hitam yang Cantik
Pantai Glagah punya pesona yang cantik membuat siapapun terpesona karena memiliki pasir hitam yang mempesona. Ketika siang hari hamparan pasir ini berkilat kilat menjadikannya semakin indah. Pantai Glagah memiliki pesisir pantai yang panjang serta luas. Sehingga pengunjung bisa melakukan banyak hal di bibir pantai.
Warna hitam di pantai ini terjadi karena dapat kandungan besi yang cukup signifikan dan seringkali dijadikan bahan tambang. Karena hal ini sehingga pantai ini dijuluki sebagai pantai pasir besi.
Baca:Â Zumi Zola: Berkumpul Bersama Keluarga Usai Bebas Bersyarat
Mitos Nyi Roro Kidul
Pantai-pantai di daerah selatan memang tidak jauh dari mitos-mitos yang berhubungan dengan Nyi Roro Kidul, sang Ratu Pantai Selatan. Hal ini didasarkan dari ombak besarnya Pantai Glagah yang seringkali memakan korban. Dan masyarakat setempat menghubungkan dengan Nyi Roro Kidul dan korban itu sebagai tumbal.
Karena derasnya ombak di pantai ini sehingga sangat tidak direkomendasikan untuk berenang, tapi tak sedikit pengunjung yang melanggarnya. Padahal para pengunjung harus memperhatikan area lebeng, yakni area bekas hantaman ombak. Menurut warga sekitar, area ini mempunyai dasar laut yang curam. Konon bila pengunjung mandi dan bermain air di area lebeng, maka tak lama kemudian akan terseret ombak sampai ke tengah laut.
Atau ada mitos lainnya yang berhubungan dengan kemunculan buaya sepanjang 5 meter di sekitar Pantai Glagah dan Congot. Kabarnya penampakan buaya ini terjadi belum lama dan tersebar hingga sosial media. Pada akhirnya netizen banyak yang penasaran kemudian secara tak sengaja membuat popularitas pantai ini semakin terkenal.
Tetrapod Pantai Glagah
Satu lagi yang jadi daya tarik adalah adanya Tetrapod. Pantai Glagah dikenal sebagai salah satu pantai di Jogja yang memiliki ombak cukup besar. Sehingga di kawasan pantai pun dibangun tetrapod. Terbuat dari struktur beton berkaki empat yang berfungsi sebagai pemecah ombak agar tidak masuk ke bibir pantai lebih jauh.
Baca Juga:Â 29 Pendaki Disapu Longsor Salju di Pegunungan Himalaya
Di tengah jajaran tetrapod tersebut dibangun jalan setapak panjang dari beton yang mengarah ke tengah laut. Jalan setapak ini juga berfungsi sebagai akses menuju dermaga. Banyak pengunjung yang memanfaatkan area tetrapod ini untuk memancing sambil menikmati angin laut dan debur ombak.
Kehadiran jalan setapak yang dikelilingi tetrapod inilah yang menjadi ciri khas dari Pantai Glagah. Kebanyakan pengunjung di Pantai Glagah tak melewatkan momen berfoto, juga memotret lanskap ombak yang terpecah setelah menghantam tetrapod.
Stupa Cagar Budaya
Daya tarik selanjutnya yaitu adanya stupa cagar budaya. Berdasarkan cerita dari warga setempat, stupa ini adalah peninggalan dari Bupati Cangakmengeng. Dan masyarakat setempat mempercayai bahwa stupa cagar budaya sudah ada sejak abad ke 6.
Bukan hanya itu, ternyata masih ada situs lain berupa gong serta batu yang bentuknya seperti Lingga dan Yoni.