Enumolas.com – Semenjak April tahun lalu, Maria Yasinta Sadho atau lebih dikenal dengan sebutan Mama Ince punya aktivitas baru.
Yaitu mencari bibit-bibit bambu di sekitaran Dusun Mengeruda, Kecamatan Soa, Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Baca: Foto Seksi Intan Ratna Juwita Bikin Mata Pria Melotot
Mama Ince jalan kaki keliling kebun dan hutan sampai radius tiga km dari tempat tinggalnya. Pergi pagi, pulang sore.
Dia tidak selalu sendiri. Terkadang anak-anaknya ikut serta, seringkali suaminya turut menolong. Dia pernah berhasil kumpulkan lebih dari 2.000 bibit bambu betung (Dendrocalamus asper).
Baca: Valerie Thomas Pamer Tubuh Sexy; Netter: Buka Dikit Dong
Pada bulan-bulan awalnya, hasilnya tidak sesuai dengan keinginan. Tanaman bambu itu mati karena salah cara menanam.
Mama Ince Penyelamat Lahan Kritis di Mengeruda, Flores
Membantu meningkatkan perekonomian Warga
Tidak mudah menyerah, sekitar 3 bulan sesudahnya, perubahan berarti mulai dicapai. Hingga pada sebuah hari, Mama Ince berhasil mendapatkan lebih dari 400 bibit.
Sampai pada akhirnya dalam kurun waktu setahun, dia sukses mengumpulkan 8.000 bibit.
Selain Mama Ince, ada 15 mama lain dari Desa Mengeruda yang lakukan hal sama. Mereka bergabung dalam Barisan Tani Bambu Mengeruda, yang dipimpin oleh Mama Ince. Mereka punya target: kumpulkan 100.000 bibit bambu dalam kurun waktu setahun.
Hasil penghimpunan bibit-bibit itu sejatinya akan dipakai untuk program pemulihan di atas lahan-lahan krisis di daerah Kecamatan Bajawa Utara sekitar 14 km dari desa mereka.
Bibit-bibit tersebut terutama bibit bambu aur (Bambusa vulgaris) akan ditanamkan di kanan dan kiri wilayah saluran sungai (DAS), waduk, sampai embung. Untuk memenuhi itu semua, minimal diperlukan 150.000 bibit bambu.
“Dari Desa Mengeruda, ada sekitar 50.000 bibit yang rencananya akan kami kirimkan. Untuk sementara ini baru sekitar 20.000 yang kami pindahkan,” kata Mama Ince.
Setelah program itu rampung, baru mama-mama akan bergerak untuk melakukan hal serupa guna rehabilitasi lahan kritis di Desa Mengeruda.
Baca: Siva Aprilia Selalu Bisa Membuat Fansnya Gagal Fokus
16 Mama dari Desa Mengeruda tersebut bagian dari program pendampingan Yayasan Bambu Lestari (YBL), organisasi lingkungan yang fokus pada pengembangan vegetasi bambu berbasis di Bali dan NTT
Dan setelah satu tahun program pencarian bibit berjalan, 16 mama Desa Mengeruda mulai merasakan manfaatnya. Mereka rata-rata mendapat insentif sebesar 14 hingga 20 juta rupiah.
Banyak dari dana itu digunakan untuk kebutuhan keluarga: biaya anak sekolah, merawat lahan pertanian dan sawah, menebus lahan sawah yang sempat digadaikan, hingga melunasi utang-piutang. Untuk sementara, bagi mereka, hidup terasa lebih ringan.
“Ada juga yang buka kios kecil di depan rumah,” kata Mama Ince.
“Semua mama juga bikin rekening masing-masing di Bank NTT. Di sini enggak banyak yang pernah menabung di bank. Bahkan ada yang baru pertama kali ke bank.”
Membumikan Bambu di Daratan Flores
Dua peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kini BRIN, pada 2021, pernah memetakan penyebaran marga bambu di seluruh wilayah Indonesia.
Temuan mereka, setidaknya ada 175 jenis dan 24 marga bambu, atau sekitar 12 persen dari 1.429 jenis dan 22 persen dari 116 marga bambu di dunia. Dari 24 marga tersebut, 13 di antaranya merupakan marga asli Indonesia.
Dalam penelitian yang sama, ditemukan pula delapan jenis bambu yang ada di Pulau Flores: Chloothamnus, Dinochloa, Fimbribambusa, Gigantochloa, Schizotachyum, Thyrsostachys, Bambusa vulgaris, dan Dendrocalamus asper. Dua jenis yang terakhir adalah yang ditemukan oleh mama-mama di Desa Mengeruda.
Tanaman bambu bermanfaat untuk memulihkan dan merawat ekologi yang sudah terlanjur rusak. Ia punya potensi yang besar untuk penghijauan dan membantu mengurangi perubahan iklim. Bambu bisa menyerap karbondioksida guna mengurangi pemanasan global hingga menyerap air yang efektif membantu mengurangi banjir.
Dua tahun setelah lembaga itu didirikan, sekitar 1995, mereka bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi NTT untuk menanam satu juta bambu di Pulau Flores.
Bagi mereka, penanaman bambu bisa jadi solusi ekonomi dan ekologi bagi masyarakat pedesaan di sana: mengatasi degradasi lahan, perubahan iklim, hingga mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender karena sebagian besar penggeraknya adalah mama-mama.
Baca: Lucinta Luna Mengincar Azka Corbuzier
Sejak tahun lalu, Pemerintah Provinsi NTT memang sudah mengalokasikan dana hingga Rp 8,6 miliar untuk pemberdayaan mama-mama.
Mereka akan menyemai hingga total 2,8 juta bibit bambu di tujuh kabupaten: Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, dan Sikka. Program itu termasuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dan Perhutanan Sosial.
Tujuan Memperbaiki Lingkungan
Tujuan utamanya: memperbaiki kondisi lingkungan, restorasi lahan kritis, konservasi sumber air, pencegahan bencana, membantu mengurangi dampak bencana dan adaptasi perubahan iklim, memberdayakan masyarakat adat, hingga membangun industri bambu berbasis rakyat.
Program tersebut makin masif sejak NTT dihantam siklon tropis Seroja pada April tahun lalu. Gerakan penghijauan menjadi salah satu solusinya. Meski kerusakan lingkungan, lahan yang kritis, dan hilangnya mata air bisa terjadi karena bencana alam, namun praktik kotor korporasi justru menjadi ancaman utama.
YBL sendiri juga ikut membantu program Pemprov NTT. Dari tujuh kabupaten di atas, mereka setidaknya mendampingi mama-mama dari 21 desa di 15 kecamatan.
Selama lebih dari setahun terakhir, mereka telah melibatkan 388 mama-mama—termasuk Mama Ince. Sejauh ini, YBL dan para mama-mama tercatat telah menanam sebanyak 2.519.633 bibit bambu.
“Kurang lebih merehabilitasi 80.000 hektare lahan yang telah terdegradasi. Jumlah penerima manfaat langsung sebanyak 786 orang, yang 91 persennya adalah perempuan,” kata Konsultan Komunikasi YBL, I Wayan Juniarta.
Dari sana, dari desa-desa terpencil di timur Indonesia itu, kita bisa mulai memahami apa kontribusi penting bambu-bambu: merestorasi lahan kritis, memitigasi bencana, hingga membantu perempuan untuk lebih berdaya.