Enumolas.com – Dusun Legetang merupakan salah satu kisah legenda yang pernah ada di Daratan Tinggi Dieng yang berada di Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah populer dengan pariwisata dan panoramanya yang indah.
Daratan Tinggi Dieng yang berada di samping barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing, sebagai kawasan vulkanik aktif berbentuk dataran luas dengan ketinggian mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut.
Baca:Â Rizky Febian dan Mahalini Lengket bak Perangko; Netter: Kalau Putus Gimana?
Kawah Sikidang, Kawah Candradimuka, Telaga Warna, Gunung Prau, Gunung Sikunir, dan Kawasan Candi Dieng ialah daya Tarik wisata di Daratan Tinggi Dieng yang harus dikunjungi saat liburan.
Kisah Misteri Dusun Legetang yang Lenyap bak Ditelan Bumi
Manisan Carica, Tempe Kemul, dan Mie Ongklok ciri khas Wonosobo ialah kuliner yang jangan dilewati bila bertandang ke Daratan Tinggi Dieng.
Selain mempunyai pemandangan yang indah, Daratan Tinggi Dieng menyimpan cerita mistis dan kelam yaitu musnahnya dusun ini yang tertimbun puncak Gunung Pengamun Amun di tahun 1955 karena alam yang murka pada masyarakat desa itu.
Baca:Â Celine Evangelista: Ribetnya Mengasuh 4 Orang Anak
Tertimbunnya Dusun Legetang
Salah satu YouTuber dengan channel bernama Sulis Purnawan mengangkat cerita Dusun Legetang di Daratan Tinggi Dieng ini. Sulis Purnawan menjelaskan jika hilangnya Dusun Legetang itu kerap kali dihubungkan dengan kisah kaum Sodom-Gomorah yang suka melakukan perbuatan maksiat sampai pada akhirnya diterpakan hukuman oleh Tuhan.
Desas-desus bencana yang terjadi di Dusun Legetang ini dikaitkan dengan sikap dan tindakan warganya yang dianggap tak tahu diri. Dikisahkan bahwa penduduk dusun ini selalu berlimpah dengan hasil bumi, tapi mereka selalu berbuat kefasikan, seperti berjudi dan pesta-pesta yang berujung pada perzinahan.
Pada suatu malam di pertengahan bulan April 1955, warga dusun mengadakan pesta yang diisi Tari Lengger, minum minuman keras, dan perjudian. Walaupun hujan turun sangat deras disertai petir malam itu dan warga dusun lain tidak berani keluar rumah, warga Dusun Legetang terus saja asyik berpesta.
Setelah hujan reda, terdengar suara gemuruh dan dentuman sangat keras, namun karena belum adanya penerangan yang memadai membuat warga sekitar tidak berani mengecek ke asal suara. Besok harinya saat warga mulai beraktivitas, mereka dikagetkan dengan hilangnya puncak Gunung Penganmun Amun dengan posisi seperti tumpeng yang terpotong atasnya.
Hal yang lebih mengejutkan adalah Dusun Legetang sudah lenyap. Tidak hanya tertimbun, tapi dusun tersebut yang awalnya rata telah berubah menjadi sebuah bukit.
Sulis Purnawan kemudian menyusuri jalan kecil yang berbatu dan agak licin menuju Tugu Peringatan Dusun Legetang. Sayangnya, untuk mencapai tugu tersebut perlu berjalan kaki karena berada di tengah area pertanian warga sehingga kendaraan jenis apapun tidak dapat masuk.
Baca:Â Shafa Harris Pesona Warganet Dengan Gaya Rambut Baru
Prasasti Tugu Legetang sebagai Pengingat
Diketahui dari prasasti Tugu Legetang, sebanyak 332 warga Dusun Legetang dan 19 warga dari dusun lain terkubur hidup-hidup.
“Tugu peringatan atas tewasnya 332 orang penduduk Dukuh Legetang serta 19 orang tamu dari lain-lain desa sebagai akibat longsornya Gunung Pengamun Amun pada tanggal 16/17 April 1955,” tulisan dalam prasasti setinggi 10 meter tersebut.
Menurut warga sekitar yang menjadi saksi mata, jika memang dusun terkena longsor dari Gunung Pengamun Amun, harusnya setelah kejadian ada bekas longsoran di sungai yang mengalir dari gunung tersebut.
Akan tetapi, yang terjadi saat itu dianggap tidak wajar karena puncak Gunung Pengamun Amun seperti berpindah dan menimpa dusun ini.
Sampai saat ini tidak ada warga yang berani menggali tanah di bekas dusun ini, hal itu disebabkan sejak terjadinya peristiwa kesurupan saat ada warga yang berusaha menggali tanah di bekas dusun ini.